Kamis, 30 Mei 2013

bullying, awal dari lingkaran setan

hari ini mau bagi-bagi soal bullying.. ya, sekarang makin marak adanya bullying pada anak, terutama saat di sekolah. banyak yang mengira kalo bullying itu antar teman, atau antara kakak kelas dengan adik kelas. loh.. jangan salah lo.. para guru ataupun orang yang jauh lebih tua juga bisa menjadi pelaku bullying.

Pengertian bullying menurut psikolog Andrew Mellor adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak lepas dari adanya kesenjangan power/kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku).


  UNSUR BULLYINGPengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut;

  • Ketidakseimbangan kekuatan (imbalance power). Bullying bukan persaingan antara saudara kandung, bukan pula perkelahian yang melibatkan dua pihak yang setara. Pelaku bullying bisa saja orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi secara status sosial, atau berasal dari ras yang berbeda;
  • Keinginan untuk mencederai (desire to hurt). Dalam bullying tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada ketidaksengajaan dalam pengucilan korban. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional atau luka fisik, melibatkan tindakan yang dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan penderitaan korbannya;
  • Ancaman agresi lebih lanjut. Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang hanya terjadi sekali saja, tapi juga repetitif atau cenderung diulangi;
  • Teror. Unsur keempat ini muncul ketika ekskalasi bullying semakin meningkat. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror bukan hanya sebuah cara untuk mencapai bullying tapi juga sebagai tujuan bullying.
·         CONTOH TINDAKAN
Olweus (1993; dalam Anesty, 2009) memaparkan contoh tindakan negatif yang termasuk dalam bullying antara lain;

1.       Mengatakan hal yang tidak menyenangkan atau memanggil seseorang dengan julukan yang buruk;
2.       Mengabaikan atau mengucilkan seseorang dari suatu kelompok karena suatu tujuan;
3.       Memukul, menendang, menjegal atau menyakiti orang lain secara fisik;
4.       Mengatakan kebohongan atau rumor yang keliru mengenai seseorang atau membuat siswa lain tidak menyukai seseorang dan hal-hal semacamnya.
 ·         BENTUK-BENTUK  BULLYING
Ketidakseimbangan kekuatan yang nyata terlihat saat beberapa bentuk bullying terjadi, seperti :

1.       Pengucilan
2.       penyebaran rumor
3.       sarkasme yang menyakitkan dari sekelompok orang terhadap satu orang.
 Siapa sajakah yg berpotensi menjadi pelaku bullying?·        


  • Ortu yg suka mengancam, memaki, membandingkan atau melakukan kekerasan thd anak
  • Guru yg suka memberi hukuman dan mengatai anak didiknya
  • Anak yg dididik oleh ortu pelaku bullying
  • Anak yg terbiasa dimanja shg menganggap semua orang harus tunduk terhadap kemauannya


·         JENIS-JENIS BULLYING
-          Bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain: memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dll.  
-          Bullying verbal melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk, antara lain: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dll. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari. Dampak dari bullying verbal sering tidak kelihatan tetapi dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban.
-          Bullying relasi sosial adalah jenis bullying bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh bullying sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dll.
-          Bullying elektronik merupakan merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS, dll.  Perilaku yang termasuk  antara lain menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban.

  apa faktor penyebab bullying?
        hubungan keluarga ; keluarga merupakan tempat belajar anak yang pertama. ketika ada perilaku dari orang tua atau orang dewasa lainnya, pasti anak akan melakukan imitasi (meniru). bila orang tua suka memaki,mengejek, hingga suka memukul dan sebagainya, bisa jadi anak akan "terprogram" bahwa perilaku tersebut lazim dilakukan , karena orang tuanya pun begitu. hal itu yang bisa memicu anak menjadi pelaku bullying. juga ketika anak tidak diberikan pengetahuan dan pengertian tentang tata krama, norma dan nilai , maka bisa jadi apa yang ia lakukan dianggap biasa saja (anonimitas)
  teman sebaya : ketika anak mulai mengenal lingkungan sosial, mereka cenderung lebih senang berkumpul dengan teman sebaya, mulai ingin mandiri dan melepaskan diri dari keluarga, sehingga perilaku bullying juga bisa dikarenakan konformitas. atau bisa jadi karena adanya persaingan dalam peer group. kemudian secara psikis, anak dan remaja belum mampu mengatasi emosi mereka secara positif.

     media; media merupakan sarana yang cukup berpengaruh untuk menjadi penyebab seseorang melakukan bullying. jika media tidak berhati-hati dalam menyajikan informasi yang mengandung unsur kekerasan, anak cenderung meniru. terlebih lagi, saat ini hampir tidak ada anak yang tidak menonton televisi, menggunakan internet, dan mengakses media lainnya.


kasus bullying memang bisa terjadi, dan sulit untuk diberantas. karena itu berhubungan dengan banyak sekali faktor, dan beragam pemicu perilaku itu. tapi setidaknya, penting sekali untuk memberi informasi sedari dini pada anak, mencegah mereka tidak memiliki bibit-bibit bullying. sangatlaaah penting komunikasi dari orang tua, keluarga untuk mencegah mereka, agar tidak melampiaskan emosi negatif mereka kepada orang lain..

jika semua marah, lalu siapa yang kan meredam?

Senin, 27 Mei 2013

jodoh? :p

hahahaha setelah ikutan kelas psikologi agama yang abis membahas soal pernikahan beda agama, jadi sedikit berputar-putar kembali pertanyaan di kepala, soal cinta, dan perbedaan

sekarang banyak sekali pasangan yang berbeda pandangan, nggak hanya status sosial, ekonomi, budaya, latar belakang, bahkan agama sekalipun. tapi mereka baik-baik saja menjalin hubungan yang dijalaninya. why ? ? apakah mereka JODOH ? padahal mereka beda agama looohh.. beda pandangan hidup..


wah wah, memang kita sebagai manusia, hanya bisa menebak siapa nih yang bakal jadi jodoh kita nantinya...
dan kita harus benar-benar bersiap diri, apa yang akan ada di depan kita..
iya kalau sesuai harapan, kalau nggak? pastinya bisa syok berat..


memang yang namanya rasa cinta dan kasih sayang hanya satu, layaknya yang memberikannya, yaitu Tuhan. tapi, manusia lah yang suka membuat garis pembedaan :)

cinta, akankah membuat satu ? sekilas resensi film :)

kali ini akan memposting perdana setelah vakum setahun dari postingan wakakakaka

memang ini film yang udah lama, tapi baru aku tonton dan ternyata cukup filosofis, tetapi ini adalah pertanyaan dasar yang mungkin kita rasakan...
 CIN(T)A

Cina ,adalah mahasiswa baru yang belum pernah mengalami kegagalan dalam hidup, sehingga dia yakin bisa mewujudkan impiannya hanya dengan modal iman.
Annisa , mahasiswi tingkat akhir yang kuliahnya terhambat karena karirnya di dunia film. Popularitas dan kecantikan membuatnya kesepian, sehingga ia bersahabat denga jarinya sendiri yang selalu digambari bermuka sedih. Sampai suatu hari datang ‘jari’ lain yang menemani.
Agustus 2000, Cina baru masuk menjadi mahasiswa baru di Jurusan Arsitektur, Institut Tekhnologi Bandung. Di sanalah pertama kalinya dia bertemu dengan Annisa, mahasiswa tingkat akhir yang kuliahnya terhambat karena karirnya sebagai bintang film dan masalah keluarganya. Awalnya, Cina tidak menaruh perhatian pada Annisa, meskipun teman-temannya kerap membicarakan Annisa yang notabenenya seorang artis. Karena, menurut Cina, berdasarkan Hukum Newton I, kecantikan berbanding terbalik dengan kepintaran. IPK Annisa yang hanya 2,1 membenarkan hukum newton I versi Cina tersebut.
Cina, adalah orang Batak keturunan tionghoa, yang beragama Kristen dan taat beribadah. Cita-citanya ingin menjadi gubernur Tapanuli jika Tapanuli sudah menjadi sebuah provinsi. Sedangkan Annisa, adalah muslim keturunan Jawa. Dia juga seorang bintang film yang rajin beribadah.
Sebelum dekat, keduanya menghadapi problematika hidupnya masing-masing. Cina, meskipun keturunan Tionghoa, namun kehidupan ekonomi keluarganya pas-pasan. Itu sebabnya dia bekerja paruh waktu dan berusaha mencari beasiswa untuk meringankan biaya kuliahnya.
Sedangkan Annisa, seorang bintang film yang kesepian karena popularitas dan kecantikannya. Di tambah prestasinya yang buruk di perkuliahan, yang membuatnya di pergunjingkan. Itu sebabnya dia bersahabat dengan telunjuk jarinya sendiri yang digambari wajah sedih. Tugas Akhirnya pun terhambat. Dalam rancangan Tugas Akhirnya, Annisa ingin membuat rumah susun untuk rakyat dengan fasilitas sekelas apartemen. Hal itu yang membuat Tugas Akhirnya di tolak 3 kali karena proyek tersebut tidak visibel di mata dosen.
Suatu ketika, Cina tidak sengaja menabrak Annisa yang baru saja menyelesaikan maket proyek tugas akhirnya hingga maket tersebut rusak. Tanpa sepengetahuan Annisa, Cina membuat ulang maket Annisa. Namun, rancangan TA Annisa tetap di tolak karena prinsip idealisme yang dipegangnya.
Cina pun tertarik untuk membantu Annisa menyelesaikan Tugas Akhirnya. Apalagi mengetahui konsepan proyek tersebut lebih jauh. Annisa ingin membuat desain rumah susun tersebut tanpa desain pintu dan jendela. Karena baginya, arsitek itu berasa Tuhan. Mereka pikir, mereka yang paling tahu konsepan terbaik untuk manusia, padahal yang tahu konsepan terbaik yang sebenarnya adalah manusia itu sendiri.
Pertemuan yang intens, membuat Cina dan Annisa semakin dekat. Karena perbedaan yang ada di antara mereka, terjadilah dialog cinta yang banyak menggugat banyak perkara tentang cinta, Tuhan, agama, dan kehidupan nyata. Salah satunya terlihat pada dialog antara Cina dan Annisa mengenai siapa pendamping mereka kelak. Annisa yang sudah dijodohkan Ibunya dengan seorang keturunan beragama Islam. Sedangkan Cina ingin istrinya kelak mencintai Tuhannya lebih dari dirinya.
Banyak pula pertanyaan-pertanyaan yang muncul di antara mereka, tapi tak pernah ada konflik, seperti pertanyaan “Kenapa Allah nyiptain kita beda-beda, kalau Allah cuma ingin di sembah dengan satu cara?” Yang di lontarkan Annisa.
Pada tahun itu, perayaan Idul Fitri dan Hari Natal berdekatan. Cina pun membantu Annisa membuat ketupat, sebaliknya Annisa juga membantu Cina menghias pohon natal.
Rasa emosi di antara keduanya kemudian muncul ketika Cina dan Annisa memperdebatkan masalah pengeboman gereja-gereja di Indonesia pada Hari Natal. Cina memutuskan untuk mengambil beasiswanya ke Singapura yang belum di ambilnya karena dia mengambil kuliah di ITB. Cina merasa kehadirannya sebagai orang Kristen tidak akan diterima di Indonesia apalagi bila dia mewujudkan mimpinya menjadi gubernur, karena dia menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia adalah muslim. Sedangkan Annisa, akhirnya menerima perjodohan dari Ibunya.



Film ini adalah sebuah gambaran akan adanya pluralisme di Indonesia, namun masih tabu untuk dibicarakan dalam ruang publik seperti film. Pandangan yang berbeda satu sama lain, akan kehadiran Tuhan. Pada film ini sangat jelas adanya suatu konflik yang implisit, baik konflik interpersonal maupun intrapersonal, yang mengacu pada perbedaan agama. Perbedaan ini yang dipertanyakan, mengapa harus ada perbedaan? Bila Tuhan hanya satu. Begitu pula tentang cinta, apakah benar cinta itu dapat menyatukan perbedaan yang ada, walaupun itu tentang keyakinan akan Tuhan, yang memberikan rasa cinta itu sendiri. Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang teologis, dan filosofis.
Kedua tokoh ini, layaknya manusia biasa, memiliki ketertarikan satu sama lain, memiliki rasa saling ingin menyayangi. Mereka berdua merasakan kedekatan dan keintiman. Sayang, semua itu terhalang oleh pandangan agama mereka yang berbeda. Pada film ini jelas terlihat, bahwa keyakinan mereka sangat memengaruhi pandangan akan hidup mereka. Terutama saat mereka melihat adanya peristiwa pengeboman di gereja-gereja Indonesia. Peristiwa itu yang memicu konflik emosi keduanya, karena berhubungan dengan kedua keyakinan yang mereka anut.
Film ini sangatlah bagus, walaupun ini film indie, namun tema yang diangkat cukup bagus, merepresentasikan kehidupan nyata di Indonesia, bahwa banyak sekali perbedaan-perbedaan yang ada, tapi apakah benar itu bisa disatukan oleh cinta? Padahal dari sisi agama , sama-sama menghendaki adanya kesamaan keyakinan dalam satu cinta.
Ketika pasangan menjalin hubungan dengan adanya dasar perbedaan yang cukup besar, memang semua tergantung pada pasangan itu. Mungkin bagi mereka, faktor yang paling penting dalam menjalin sebuah hubungan adalah cinta, kasih sayang, bukan perbedaan-perbedaan seperti status sosial-ekonomi, ataupun agama. Namun, akan banyak sekali tantangan bagi pasangan tersebut, baik dari lingkup individual, hingga masyarakat. Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang  berpegang teguh pada norma dalam agama yang ingin adanya kesamaan jika ingin menjalin hubungan hingga pernikahan. Hal ini juga terpusat dari norma dalam agama tersebut, yang akhirnya membentuk pandangan masyarakat, yang berimbas pada aturan dalam sistem keluarga. Tetapi tak jarang, adanya keluarga yang mampu memberikan toleransi pada apa yang harus dilakukan oleh anak-anaknya. Bila pernikahan sudah terjadi, harus banyak pertimbangan termasuk landasan moral dalam keluarga itu. Ketika belum ada kesepakatan mengenai aturan keluarga itu, bisa jadi akan terjadi konflik-konflik yang membuat keutuhan rumah tangga itu terganggu.
Memang butuh suatu kematangan dalam diri masing-masing ketika menghadapi adanya suatu perbedaan dalam hubungan, entah dalam pertemanan hinggga kedekatan emosional sampai pernikahan. Perlu pemikiran, hati dan jiwa toleransi akan adanya perbedaan yang bisa menyesuaikan perbedaan-perbedaan itu. Namun, hal itu tidak semua orang bisa melakukannya. Perbedaan di Indonesia, belumlah menjadi hal yang indah.