Jumat, 05 Oktober 2012

anak jaman sekarang bukan anak beneran anak

kenapa saya menulis judul seperti itu? ya karena hasil pengamatan saya, bahwa sekarang, anak-anak secara psikologis "dituntut" secara tidak sadar untuk menjadi berpikir dan bertindak lebih dewasa dibandingkan umur fisiknya.

contohnya ya sekarang mulai dari perilaku hingga penampilan, mereka saat ini tampak seperti orang-orang yang lebih tua. apalagi untuk perempuan, anak SMP bahkan SD, sudah bisa mengenal make up, dan menggunakannya. wah, padahal saya aja baru bener-bener bisa pake make up pas kuliah..

nggak cuma dari penampilan, sampai lagu, dan bahasa pergaulan sehari-hari juga seperti itu. sekarang sangat jarang lagu anak-anak yang didengarkan. kalau sekarang isinya lagu-lagu boyband,girlband, atau band yang bertema cinta-cintaan, padahal seumur anak-anak, belum mengerti apa sih itu cinta,hubungan interpersonal dengan lawan jenis . apalagi kalau membahas soal bahasa pergaulan, waduh.. yang di pelosok-pelosok itu, sampai di kota-kota, anak-anak memiliki kosakata yang 'wow'. mereka mengerti kata-kata yang cukup berani, dan hanya dimengerti oleh orang yang usianya belasan tahun ke atas.

mungkin masyarakat kurang memahami, bahwa anak adalah fase krusial sekali. dimana mereka merupakan fase perkembangan yang sangat rapuh, karena pembentukan kepribadian, pemahaman mereka terhadap lingkungan dan diri sendiri berawal dari masa kanak-kanak. umumnya, masyarakat hanya melihat secara fisik, namun, kurang memperhatikan sisi psikologisnya.

secara kognitif, menurut Piaget, anak dari 0-2 tahun (tahap sensorimotor), mereka masih terbatas pada sensorimotor. perkembangan kognitif mereka sebatas apa yang mereka pegang, yang mereka lihat, sesuai kemampuan sensorimotoriknya. lalu selanjutnya usia 2-7 tahun (tahap praoperasional), mereka mulai berpikir, namun hanya sebatas naluri saja, belum berpikir logis. kemudian 7-11 tahun (tahap operasional konkrit), mereka sudah mulai berpikir logis,namun belum bisa secara abstrak, masih berdasarkan apa yang ia lihat dan alami. tahap terakhir adalah 12-dewasa (tahap operasional formal), disini anak barulah dapat berpikir secara abstrak, mampu berpikir abstrak, berpikir secara logis, dan mampu menarik kesimpulan dari informasi-informasi yang ada.

nah, sudah melihat tahap-tahap perkembangan kognitif .  anak-anak terutama usia 5-11 tahun mereka mampu  berpikir, namun belum secara logis. padahal, di sekitar mereka saat ini mempunyai 'tuntutan' untuk dipahami, dan berpikir secara abstrak. lah, kan nggak pas tuh. contohnya seperti sinetron. sekarang emang ada sih sinetron untuk anak-anak, tetapi percakapan yang ada didalamnya, seakan itu bukan untuk anak-anak. seperti yang saya lihat tadi sore, masa ada anak, sedang sakit, menyuruh temannya untuk jadi pembantunya? wow sekali bukan? itu bukanlah pemikiran anak-anak. anak-anak pun tidak tahu apakah itu benar atau salah. justru itu yang berbahaya. apa jadinya jika setiap anak akan berpikiran sperti itu? apalagi terhadap temannya? menurut saya, itu cukup merusak anak.

anak-anak, apalagi pada usia 0-5 tahun, seperti spons, yang menyerap informasi dengan sangat cepat, tetapi secara gamblang, tidak melalui proses. nah, berdasarkan pemikiran ini, makanya banyak ada kasus anak merokok padahal usia baru 2 tahun. anak melihat, lalu cenderung untuk meniru perilaku yang dilihat. kalau yang dtiru adalah perilaku merokok? berbahaya juga kan?

seharusnya kita semua mulai sadar dan memperhatikan benar, anak bukanlah hanya sebagai 'buah cinta' dari orang tua, yang begitu lahir dan dibesarkan tanpa diawasi.kita yang orang dewasa bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangannya. jangan sampai ia menjadi sosok yang rapuh, secara psikologis.

layaknya seperti menanam tanaman. bila kita tak beri pupuk, tanah subur, dan air yang cukup, ia tak dapat tumbuh dengan baik.

itulah tugas kita, karena merekalah yang akan menggantikan peran kita di masyarakat dan pembangunan negeri ini. nggak mau kan, negeri hancur bukan karena ancaman luar, tetapi hancur di tangan rakyatnya sendiri?

2 komentar:

  1. Yaah... emg ni salah satu efek negatif globalisasi.......
    Solusi ke depan dari kakak Tami gmana sebagai calon psikolog khususnya psikolog anak?? :)

    BalasHapus
  2. wah, sebenernya yg hrs ditingkatkan adl kesadaran ortu dan semua pihak, bahwa mengasuh anak tidak bisa main-main :) anak itu juga manusia, yang harus diperhatikan dan dididik sebaik mgkn..

    BalasHapus